Berharap Barokah dalam Setiap Keadaan
Sudah menjadi rutinitas sifitas kademika STIQ Wali Songo Situbondo di awal smester mengadakan ziaroh ke beberapa maqbaroh wali-wali Allah untuk megharap barokah 30-31 januari 2020. Berokah adalah segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan usia. Dalam beberapa pandangan ulama, barokah
1. Tumbuh, berkembang, atau bertambah; dan
2. Kebaikan yang berkesinambungan.
Sering kita mendengar istilah “mencari berkah”, yang bermaksud mencari kebaikan atau tambahan kebaikan, baik kebaikan berupa bertambahnya harta, rezeki, maupun berupa kesehatan, ilmu, dan amal kebaikan atau pahala dalam setiap pengabdian.
Diawali nyekar ke maqbaroh pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo. Di makam yang terletak di belakang Masjid Jamik Ibrahimy itu terdapat makam KHR. As’ad Syamsul Arifin (lahir pada tahun 1897 di Mekah – meninggal 4 Agustus 1990 di Situbondo pada umur 93 tahun) yang selama hidupnya gigih berjuang mengusir penjajah. Ia adalah ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya. Beliau juga yang menjadi penyampai pesan (Isyarah) yang berupa tongkat disertai ayat al-Qur’an dari Kholil al-Bangkalani untuk Hasyim Asy’ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.
Perjalan religi itu dilanjutkan ke makam Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur, menurut sejarah beliau salah seorang wali di antara Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Vietnam. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa wallahua’lam.
Ribuan Peziaroh memadati makam Sunan Ampel pukul 01.00 dini hari
Ziaroh dilanjutkan ke makam Al Habib Syekh Bin Ahmad Bin Abdullah Bafaqih Surabaya tidak jauh dari makam Sunan Ampel. Kemudian dilanjutkan ke makam KH. Kholil Bangkalan dan KH. Abdul Latif di Bangkalan Madura. Beliau berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, KH. Abdul Lathif, mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim. Yang disebut terakhir ini adalah anak dari Kyai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati. Maka tak salah kalau KH. Abdul Lathif mendambakan anaknya kelak bisa mengikuti jejak Sunan Gunung Jati karena memang dia masih terhitung keturunannya. Syaikhona Kholil adalah salah satu kiai yang menjadi penentu berdirinya organisasi terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama yang disingkat (NU) yang kini terus menjadi cerminan golongan islam diseluruh dunia.
Area Kompleks Masjid Makam KH. Kholil Bangkalan Madura
Sebelum kembali ke para sifitas yang yang berjumlah Sembilan belas orang itu juga menyempatkan ke makam KH Abdul Hamid Pasuruan, selama hidupnya beliau dikenal dengan keistimewaan dan karomahnya. Nama asli beliau Abdul Hamid begitu dilahirkan pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Beliau dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar, adalah seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga ulama di Lasem.
Semoga dengan ziaroh ke makam orang-orang sholeh itu segenap perjuangan dan semua upaya STIQ Wali Songo Situbondo barokah dan ilmu yang didapat juga manfaat kepada diri sendiri, bangsa, negara dan agama. Amin…
Baca juga: Berharap Barokah dalam Setiap Keadaan
Bacaan:Pendidikan Karakter Dalam Al Qur’an Pada Kalangan Remaja Di Era Digital
Sikap Ilmiah Terhadap Urgensi Hadis Dalam Pendidikan Agama Islam